Pendahuluan
Mikrobiologi pangan adalah suatu ilmu
yang mempelajari makhluk hidup yang sangat kecil yang hanya dapat
dilihat dengan menggunakan lensa pembesar atau mikroskop. Makhluk yang
sangat kecil tersebut disebut mikroorganisme atau mikroba, dan ilmu yang
mempelajari tentang mikroba yang sering ditemukan pada pangan disebut
mikrobiologi pangan. Yang dimaksud dengan pangan disini mencakup semua
makanan, baik bahan baku pangan maupun yang sudah diolah.
Pertumbuhan mikroba pada pangan dapat menimbulkan berbagai perubahan, baik yang merugikan maupun yang menguntungkan. Mikroba yang merugikan
misalnya yang menyebabkan kerusakan atau kebusukan pangan, dan yang
sering menimbulkan penyakit atau keracunan pangan. Sedangkan mikroba yang menguntungkan
adalah yang berperan dalam proses fermentasi pangan, misalnya dalam
pembuatan tempe,oncom, kecap, tauco, tape dll. Oleh sebab itu dengan
mengetahui sifat-sifat mikroba pada pangan kita dapat mengatur kondisi
sedemikian rupa sehingga pertumbuhan mikroba yang merugikan dapat
dicegah, sedangkan mikroba yang menguntungkan dirangsang pertumbuhannya.
Mikroba terdapat dimana-mana, misalnya di
dalam air, tanah, udara, tanaman, hewan, dan manusia. Oleh karena itu
mikroba dapat masuk ke dalam pangan melalui berbagai cara, misalnya
melalui air yang digunakan untuk menyiram tanaman pangan atau mencuci
bahan baku pangan, terutama bila air tersebut tercemar oleh kotoran
hewan atau manusia. Mikroba juga dapat masuk ke dalam pangan melalui
tanah selama penanaman atau pemanenan sayuran, melalui debu dan udara,
melalui hewan dan manusia, dan pencemaran selama tahap-tahap penanganan
dan pengolahan pangan. Dengan mengetahui berbagai sumber pencemaran
mikroba, kita dapat melakukan tindakan untuk mencegah masuknya mikroba
pada pangan.
Pangan yang berasal dari tanaman membawa
mikroba pada permukaannya dari sejak ditanam, ditambah dengan pencemaran
dari sumber-sumber lainnya seperti air dan tanah. Air merupakan sumber
pencemaran bakteri yang berasal dari kotoran hewan dan manusia, termasuk
di antaranya bakteri-bakteri penyebab penyakit saluran pencemaan. Tanah
merupakan sumber pencemaran bakteri-bakteri yang berasal dari tanah,
terutama bakteri pembentuk spora yang sangat tahan terhadap keadaan
kering. Pada pangan yang berasal dari hewan, mikroba mungkin berasal
dari kulit dan bulu hewan tersebut dan dari saluran pencemaan, ditambah
dengan pencemaran dari lingkungan di sekitarnya.
Pangan yang berasal dari tanaman dan
hewan yang terkena penyakit dengan sendirinya juga membawa mikroba
patogen yang menyebabkan penyakit tersebut. Tangan manusia merupakan
sumber pencemaran bakteri yang berasal dari luka atau infeksi kulit, dan
salah satu bakteri yang berasal dari tangan manusia, yaitu Staphylococcus,
dapat menyebabkan keracunan pangan. Selain itu orang yang sedang
menderita atau baru sembuh dari penyakit infeksi saluran pencemaan
seperti tifus, kolera dan disenteri, juga merupakan pembawa bakteri
penyebab penyakit tersebut sampai beberapa hari atau beberapa minggu
setelah sembuh. Oleh karena itu orang tersebut dapat menjadi sumber
pencemaran pangan jika ditugaskan menangani atau mengolah pangan.
Klasifikasi Mikroba Pangan
Organisme yang sering ditemukan pada pangan dibedakan atas empat golongan, yaitu:
• Bakteri • Kapang • Kamir • Virus
Bakteri
Bakteri merupakan makhluk bersel tunggal yang berkembang biak dengan cara membelah diri dari satu sel menjadi dua sel. Pada kondisi yang sangat baik, kebanyakan sel bakteri dapat membelah dan berkembang biak dalam waktu kurang lebih 20 menit. Pada kecepatan yang tinggi ini satu sel bakteri dapat memperbanyak diri menjadi lebih dari 16 juta sel baru dalam waktu 8 jam.
Berdasarkan bentuk selnya, bakteri dapat dibedakan atas empat golongan yaitu:
Bakteri merupakan makhluk bersel tunggal yang berkembang biak dengan cara membelah diri dari satu sel menjadi dua sel. Pada kondisi yang sangat baik, kebanyakan sel bakteri dapat membelah dan berkembang biak dalam waktu kurang lebih 20 menit. Pada kecepatan yang tinggi ini satu sel bakteri dapat memperbanyak diri menjadi lebih dari 16 juta sel baru dalam waktu 8 jam.
Berdasarkan bentuk selnya, bakteri dapat dibedakan atas empat golongan yaitu:
- Koki (bentuk bulat)
Koki mungkin terdapat dalam bentuk
tunggal (terpisah), berpasangan (diplokoki), berempat (tetra koki atau
tetrad), bergerombol (stapilokoki), dan membentuk rantai (streptokoki).
- Basili (bentuk batang) Basil mungkin terdapat dalam bentuk tunggal (terpisah) atau membentuk rantai.
- Spirilium (bentuk spiral)
- Vibrio (bentuk koma)
Bakteri ditemukan dimana-mana. Banyak
bakteri yang sebenarnya tidak berbahaya bagi kesehatan, tetapi jika
tumbuh dan berkembang biak pada pangan sampai mencapai jumlah yang
sangat tinggi dapat mengakibatkan kerusakan makanan, yaitu menimbulkan
bau busuk, lendir, asam, perubahan warna, pembentukan gas, dan
perubahan-perubahan lain yang tidak diinginkan. Bakteri semacam ini
digolongkan ke dalam bakteri perusak pangan.
Bakteri perusak pangan sering tumbuh dan
menyebabkan kerusakan pada bahan pangan yang mempunyai kandungan protein
tinggi seperti ikan, susu, daging, telur dan sayuran. Bakteri yang
menyebabkan gejala sakit atau keracunan disebut bakteri patogenik atau
patogen. Gejala penyakit yang disebab¬kan oleh patogen timbul karena
bakteri tersebut masuk ke dalam tubuh melalui pangan dan dapat
berkembang biak di dalam saluran pencemaan dan menimbulkan gejala sakit
perut, diare, muntah, mual, dan gejala lain. Patogen semacam ini
misalnya yang tergolong bakteri koli (Escherichia coli patogenik), Salmonella dan Shigella.
Bakteri patogenik di dalam pangan juga
dapat menyebabkan gejala lain yang disebut keracunan pangan. Gejala
semacam ini disebabkan oleh tertelannya racun (toksin) yang diproduksi
oleh bakteri selama tumbuh pada pangan. Gejala keracunan pangan oleh
racun bakteri dapat berupa sakit perut, diare, mual, muntah, atau
kelumpuhan. Bakteri yang tergolong ke dalam bakteri penyebab keracunan
misalnya Staphylococcus aureus, Clostridium perfringens, dan Bacillus cereus yang memproduksi racun yang menyerang saluran pencemaan dan disebut enterotoksin, dan Clostridium botulinum
yang memproduksi racun yang menyerang syaraf serta dapat menyebabkan
kelumpuhan saluran tenggorokan dan disebut neurotoksin atau racun
botulinum.
Selain pengaruh yang merugikan, beberapa
bakteri juga mempunyai pengaruh yang menguntungkan dan yang digunakan
atau berperan. dalam pembuatan berbagai makanan fermentasi, misalnya
sayur asin, ikan peda, terasi, keju, susu fermentasi (yogurt, yakult),
sosis, dan lain-lain. Bakteri semacam ini memproduksi senyawa-senyawa
yang menimbulkan cita-rasa yang khas untuk masing-masing produk, dan
beberapa juga memproduksi asam yang dapat mengawetkan makanan.
Kapang
Kapang merupakan mikroba dalam kelompok Fungi yang berbentuk filamen, yaitu struktumya terdiri dari benang-benang halus yang disebut hifa. Kumpulan dari banyak hifa membentuk kumpulan massa yang disebut miselium dan lebih mudah dilihat oleh mata tanpa menggunakan mikroskop. Contoh miselium adalah serat putih seperti kapas yang tumbuh pada tempe.
Kapang merupakan mikroba dalam kelompok Fungi yang berbentuk filamen, yaitu struktumya terdiri dari benang-benang halus yang disebut hifa. Kumpulan dari banyak hifa membentuk kumpulan massa yang disebut miselium dan lebih mudah dilihat oleh mata tanpa menggunakan mikroskop. Contoh miselium adalah serat putih seperti kapas yang tumbuh pada tempe.
Kapang juga mempunyai struktur yang
disebut spora yang pada umumnya terletak pada ujung-ujung dari hifa, dan
merupakan struktur yang sangat ringan dan mudah menyebar kemana-mana.
Spora merupakan alat perkembangbiakan kapang, karena pada kondisi
substrat dan lingkungan yang baik spora dapat bergerminasi dan tumbuh
menjadi struktur kapang yang lengkap. Dari satu struktur kapang dapat
dihasilkan beratus-ratus spora yang mudah menyebar dan mencemari pangan,
kemudian tumbuh menjadi bentuk kapang yang lengkap.
Jika dilihat dl bawah mikroskop, berbagai
jenis kapang mempunyai struktur hifa dan spora yang berbeda-beda, dan
karakteristik struktur tersebut digunakan untuk mengidentifikasi kapang.
Spora kapang pada umumnya mempunyai warna tertentu tergantung dari
jenis kapangnya. Oleh karena itu pertumbuhan kapang pada pangan mudah
dilihat dengan mata, yaitu ditandai dengan perubahan warna yang
menunjukkan adanya spora kapang dan sering disebut sebagai bulukan.
Selain dapat menyebabkan kerusakan
pangan, beberapa kapang tertentu juga bermanfaat karena digunakan dalam
proses fermentasi pangan. Tabel 1 menyajikan berbagai jenis kapang yang
sering tumbuh pada pangan, serta jenis pangan yang dirusak dan
kegunaannya dalam proses fermentasi pangan.
Tabel 1. Beberapa Jenis Kapang untuk Fermentasi dan Perusak Bahan Pangan
Jenis Kapang | Warna Spora | Pangan yang Dirusak | Makanan yang Difermentasi |
Aspergillus | Hitam, hijau | Roti, serealia,kacang-kacangan | Kecap, tauco (A. orryzae) |
Penicillium | Biru-hijau | Buah-buahan, sitrus, keju | Keju (P. roqueforti) |
Rhizopus | Hitam di atas hifa berwarna putih | Roti, sayuran, buah-buahan | Tempe, oncom hitam (R. oryzae, R.oligosporus) |
Neurospora (Monilia) | Oranye-merah | Nasi | Oncom merah |
Beberapa kapang jika tumbuh pada pangan
dapat memproduksi racun yang berbahaya yang disebut toksin (racun)
kapang atau mikotoksin. Spesies kapang yang memproduksi mikotoksin
terutama adalah dari jenis Aspergillus, Penicillium dan Fusarium. Beberapa contoh mikotoksin yang sering ditemukan pada pangan misalnya aflatoksin yang diproduksi oleh Asperglllus flavus dan okratoksin yang diproduksi oleh Aspergillus ochraceus.
Kamir
Kamir merupakan organisme bersel tunggal yang termasuk dalam kelompok Fungi. Jika tumbuh pada pangan, kamir dapat menyebabkan kerusakan, tetapi sebaliknya beberapa kamir juga digunakan dalam pembuatan makanan fermentasi. Kerusakan yang disebabkan oleh pertumbuhan kamir ditandai dengan terbentuknya bau asam dan bau alkohol, serta terbentuknya lapisan pada permukaan, misalnya kerusakan pada sari buah. Beberapa contoh kamir yang digunakan dalam proses fermentasi misalnya Saccharomyces cerevisiae untuk membuat roti, bir dan minuman anggur, dan (Candida utilis) untuk membuat protein mikroba yang disebut protein sel tunggal.
Kamir merupakan organisme bersel tunggal yang termasuk dalam kelompok Fungi. Jika tumbuh pada pangan, kamir dapat menyebabkan kerusakan, tetapi sebaliknya beberapa kamir juga digunakan dalam pembuatan makanan fermentasi. Kerusakan yang disebabkan oleh pertumbuhan kamir ditandai dengan terbentuknya bau asam dan bau alkohol, serta terbentuknya lapisan pada permukaan, misalnya kerusakan pada sari buah. Beberapa contoh kamir yang digunakan dalam proses fermentasi misalnya Saccharomyces cerevisiae untuk membuat roti, bir dan minuman anggur, dan (Candida utilis) untuk membuat protein mikroba yang disebut protein sel tunggal.
Pada umumnya kamir berkembang biak dengan
cara membentuk tunas, meskipun beberapa jenis berkembang biak dengan
cara membelah. Tunas yang timbul pada salah satu sisi sel kamir akan
membesar dan jika ukurannya hampir menyamai induk selnya, maka tunas
akan melepaskan diri menjadi sel yang baru. Pada beberapa spesies, tunas
tidak melepaskan diri dari induknya sehingga semakin lama akan
membentuk struktur yang terdiri dari kumpulan sel berbentuk
cabang-cabang seperti pohon kaktus yang disebut pseudomiselium.
Perkembangbiakan sel kamir semacam ini
disebut reproduksi aseksual. Selain dengan pertunasan, kamir juga
berkembang biak dengan cara reproduksi seksual, yaitu dengan membentuk
askospora. Dalam 1 sel dapat terbentuk 4-6 askospora. Askospora yang
telah masak dapat mengalami germinasi membentuk sel kamir, yang kemudian
dapat berkembang biak secara aseksual dengan pertunasan.
Virus
Virus merupakan organisme dengan ukuran yang paling kecil dibandingkan dengan organisme lainnya. Virus merupakan organisme yang tidak dapat berkembang biak sendiri melainkan harus berada pada sel organisme lainnya, oleh karena itu digolongkan ke dalam parasit. Virus sering mencemari pangan tertentu seperti susu, pangan hasil laut, dan sayur-sayuran serta air. Salah satu virus yang sering mencemari pangan yaitu virus hepatitis A, serta virus polio yang sering mencemari susu sapi mentah.
Virus
Virus merupakan organisme dengan ukuran yang paling kecil dibandingkan dengan organisme lainnya. Virus merupakan organisme yang tidak dapat berkembang biak sendiri melainkan harus berada pada sel organisme lainnya, oleh karena itu digolongkan ke dalam parasit. Virus sering mencemari pangan tertentu seperti susu, pangan hasil laut, dan sayur-sayuran serta air. Salah satu virus yang sering mencemari pangan yaitu virus hepatitis A, serta virus polio yang sering mencemari susu sapi mentah.
Pertumbuhan mikroba pada
pangan dipengaruhi oleh berbagai faktor, dan setiap mikroba membutuhkan
kondisi pertumbuhan yang berbeda. Oleh karena itu jenis dan jumlah
mikroba yang dapat tumbuh kemudian menjadi dominan pada setiap pangan
juga berbeda, tergantung dari jenis pangan tersebut. Pada kondisi yang
optimum untuk masing-masing mikroba, bakteri akan tumbuh lebih cepat
dibandingkan dengan kapang dan kamir. Hal ini disebabkan bakteri
mempunyai struktur sel yang lebih sederhana, sehingga pada kebanyakan
bakteri hanya membutuhkan waktu 20 menit untuk membelah. Struktur sel
kapang dan kamir lebih kompleks daripada bakteri dan membutuhkan waktu
lebih lama untuk membentuk sel baru, yaitu sekitar 2 jam atau lebih.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba pada pangan dibedakan atas dua kelompok, yaitu:
1. Karasteristik pangan:
- Aktivitas air (aw)
- Nilai pH (keasaman)
- Kandungan gizi
- Senyawa antimikroba
- Kondisi lingkungan:
- Suhu
- Oksigen
- Kelembaban
Aktivitas Air
Aktivitas air (aw) menunjukkan jumlah air bebas di dalam pangan yang dapat digunakan oleh mikroba untuk pertumbuhannya. Nilai aw pangan dapat dihitung dengan membagi tekanan uap air pangan dengan tekanan uap air murni. Jadi air murni mempunyai nilai aw sama dengan 1. Nilai aw
secara praktis dapat diperoleh dengan cara membagi %RH pada saat pangan
mengalami keseimbangan kadar air dibagi dengan 100. Sebagai contoh,
jika suatu jenis pangan mempunyai aw = 0,70, maka pangan
tersebut mempunyai keseimbangan kadar air pada RE 70%, atau dengan
perkataan lain pada RE 70% kadar air pangan tetap (yang menguap sama
dengan yang terserap).
Mikroba mempunyai kebutuhan aw minimal yang berbeda-beda untuk pertumbuhannya. Di bawah aw minimal
tersebut mikroba tidak dapat tumbuh atau berkembang biak. Oleh karena
itu salah satu cara untuk mengawetkan pangan adalah dengan menurunkan aw bahan tersebut. Beberapa cara pengawetan pangan yang menggunakan prinsip penurunan aw bahan misalnya pengeringan dan penambahan bahan pengikat air seperti gula, garam, pati serta gliserol.
Kebutuhan aw untuk pertumbuhan mikroba umumnya adalah sebagai berikut:
Kebutuhan aw untuk pertumbuhan mikroba umumnya adalah sebagai berikut:
• Bakteri pada umumnya membutuhkan aw sekitar 0,91 atau lebih untuk pertumbuhannya. Akan tetapi beberapa bakteri tertentu dapat tumbuh sampai aw 0,75.
• Kebanyakan kamir tumbuh pada aw sekitar 0,88, dan beberapa dapat tumbuh pada aw sampai 0,6.
• Kebanyakan kapang tumbuh pada minimal 0,8.
Bahan makanan yang belum diolah seperti
ikan, daging, telur dan susu mempunyai aw di atas 0,95, oleh karena itu
mikroba yang dominan tumbuh dan menyebabkan kebusukan terutama adalah
bakteri. Bahan pangan kering seperti biji-bijian dan kacang-kacangan
kering, tepung, dan buah-buahan kering pada umumnya lebih awet karena
nilai aw-nya 0,60 – 0,85, yaitu cukup rendah untuk menghambat
pertumbuhan kebanyakan mikroba. Pada bahan kering semacam ini mikroba
perusak yang sering tumbuh terutama adalah kapang yang menyebabkan
bulukan.
Seperti telah dijelaskan di atas, konsentrasi garam dan gula yang tinggi juga dapat mengikat air dan menurunkan aw
sehingga menghambat pertumbuhan mikroba. Makanan yang mengandung kadar
garam dan atau gula yang tinggi seperti ikan asin, dendeng, madu, kecap
manis, sirup, dan permen, biasanya mempunyai aw di bawah 0,60
dan sangat tahan terhadap kerusakan oleh mikroba. Makanan semacam ini
dapat disimpan pada suhu kamar dalam waktu yang lama tanpa mengalami
kerusakan.
Nilai pH
Salah satu faktor pada pangan yang
mempengaruhi pertumbuhan mikroba adalah pH, yaitu suatu nilai yang
menunjukkan keasaman atau kebasaan. Dengan menggunakan pH-meter, nilai
pH suatu bahan dapat diukur, umumnya berkisar antara 0 sampai 14. Nilai
pH 7 menunjukkan bahan yang netral, nilai pH kurang dari 7 menunjukkan
bahan bersifat lebih asam, sedangkan nilai pH lebih dari 7 menunjukkan
bahan lebih bersifat basa. Kebanyakan mikroba tumbuh baik pada pH
sekitar netral, dan pH 4,6 – 7,0 merupakan kondisi optimum untuk
pertumbuhan bakteri, sedangkan kapang dan kamir dapat tumbuh pada pH
yang lebih rendah. Pengelompokan pangan berdasarkan nilai pH-nya adalah
sebagai berikut:
1. Pangan berasam rendah, adalah pangan
yang mempunyai nilai pH 4,6 atau lebih, misalnya daging, ikan, susu,
telur dan kebanyakan sayuran. Pangan semacam ini harus mendapatkan
perlakuan pengawetan secara hati-hati karena mudah mengalami kerusakan
oleh bakteri, termasuk bakteri patogen yang berbahaya.
2. Pangan asam, adalah pangan yang
mempunyai pH 3,7 – 4 misalnya beberapa sayuran dan buah-buahan. 3.
Pangan berasam tinggi, adalah pangan yang mempunyai pH di bawah 3,7,
misalnya sayur asin, acar, dan lain-lain.
Penurunan pH merupakan salah satu prinsip pengawetan pangan untuk mencegah pertumbuhan kebanyakan mikroba. Prinsip ini dapat dilakukan dengan cara menambahkan asam ke dalam makanan seperti dalam pembuatan acar atau asinan. Cara lain adalah fermentasi agar terbentuk asam oleh mikroba seperti dalam pembuatan sayur asin.
Penurunan pH merupakan salah satu prinsip pengawetan pangan untuk mencegah pertumbuhan kebanyakan mikroba. Prinsip ini dapat dilakukan dengan cara menambahkan asam ke dalam makanan seperti dalam pembuatan acar atau asinan. Cara lain adalah fermentasi agar terbentuk asam oleh mikroba seperti dalam pembuatan sayur asin.
Kandungan Gizi
Seperti halnya mahluk hidup lainnya,
mikroba membutuhkan zat gizi untuk pertumbuhannya. Bahan makanan pada
umumnya mengandung berbagai zat gizi yang baik untuk pertumbuhan
mikroba, yaitu protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Akan
tetapi ada beberapa bahan makanan yang selain kandungan gizinya sangat
baik juga kondisi lingkungannya mendukung, termasuk nilai aw dan pH-nya
sangat baik untuk pertumbuhan mikroba. Contoh bahan makanan semacam ini
adalah bahan yang mengandung protein tinggi, mempunyai pH sekitar netral
dan mempunyai aw di atas 0,95, misalnya daging, susu, telur, dan ikan.
Karena kondisinya yang optimum untuk pertumbuhan mikroba, maka pada
bahan-bahan pangan seperti itu bakteri akan tumbuh dengan cepat sehingga
bahan pangan menjadi mudah rusak dan busuk.
Senyawa Antimikroba
Pertumbuhan mikroba pada pangan juga
dipengaruhi oleh adanya bahan pengawet yang terkandung di dalamnya,
yaitu senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Bahan pengawet
atau disebut juga senyawa antimikroba pada pangan dibedakan atas tiga
golongan berdasarkan sumbernya, yaitu:
l. Senyawa antimikroba yang terdapat
secara alami di dalam bahan pangan, misalnya asam pada buah-buahan, dan
beberapa senyawa pada rempah-rempah.
2. Bahan pengawet yang ditambahkan dengan sengaja ke dalam pangan atau pangan olahan, misalnya:
- Nitrit untuk menghambat bakteri pada kornet sapi dan sosis
- Garam natrium klorida untuk menghambat mikroba pada ikan asin
- Asam benzoat untuk menghambat kapang dan kamir pada selai dan sari buah
- Asam cuka (asam asetat) untuk menghambat mikroba pada asinan
- Asam propionat untuk menghambat kapang pada roti dan keju
- Sulfit untuk menghambat kapang dan kamir pada buah¬-buahan kering dan anggur.
- Senyawa antimikroba yang terbentuk oleh mikroba selama proses fermentasi pangan. Asam laktat, hidrogen peroksida (H202), dan bakteriosin adalah senyawa antimikroba yang dibentuk oleh bakteri asam laktat selama pembuatan produk¬produk susu fermentasi seperti yogurt, yakult, susu asidofilus, dan lain-lain, serta dalam pembuatan pikel dari sayur-sayuran seperti sayur asin.
Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor
lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroba. Setiap mikroba
mempunyai kisaran suhu dan suhu optimum tertentu untuk pertumbuhannya.
Berdasarkan kisaran suhu pertumbuhan, mikroba dibedakan atas tiga
kelompok sebagai berikut:
1. Psikrofil, yaitu mikroba yang mempunyai kisaran suhu per¬tumbuhan 0 – 20°C.
2. Mesofil, yaitu mikroba yang mempunyai kisaran suhu pertum¬buhan 20 – 45°C.
3. Termofil, yaitu mikroba yang mempunyai suhu pertumbuhan¬nya di atas 45°C.
Kebanyakan mikroba perusak pangan
merupakan mikroba mesofil, yaitu tumbuh baik pada suhu ruangan atau suhu
kamar. Bakteri patogen umumnya mempunyai suhu optimum pertumbuhan
sekitar 370C, yang juga adalah suhu tubuh manusia. Oleh
karena itu suhu tubuh manusia merupakan suhu yang baik untuk pertumbuhan
beberapa bakteri patogen.
Mikroba perusak dan patogen umumnya dapat tumbuh pada kisaran suhu 4-660C.
Oleh karena kisaran suhu tersebut merupakan suhu yang kritis untuk
penyimpanan pangan, maka pangan tidak boleh disimpan terlalu lama pada
kisaran suhu tersebut. Pangan harus disimpan pada suhu di bawah 40C atau
di atas 660C. Pada suhu di bawah 4°C, mikroba tidak akan
mati tetapi kebanyakan mikroba akan terhambat pertumbuhannya, kecuali
mikroba yang tergolong psikrofil. Pada suhu di atas 66°C, kebanyakan
mikroba juga terhambat pertumbuhannya meskipun beberapa bakteri yang
tergolong termofil mungkin tidak mati.
Oksigen
Mikroba mempunyai kebutuhan oksigen yang
berbeda-beda untuk pertumbuhannya. Berdasarkan kebutuhannya akan
oksigen, mikroba dibedakan atas 4 kelompok sebagai berikut:
1. Aerob, yaitu mikroba yang membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya.
2. Anaerob, yaitu mikroba yang tumbuh tanpa membutuhkan oksigen.
3. Anaerob fakultatif, yaitu mikroba yang dapat tumbuh dengan atau tanpa adanya oksigen.
4. Mikroaerofil, yaitu mikroba yang
membutuhkan oksigen pada konsentrasi yang lebih rendah daripada
konsentrasi oksigen yang normal di udara.
Mikroba perusak pangan sebagian besar
tergolong aerob, yaitu membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya, kecuali
bakteri yang dapat tumbuh pada saluran pencernaan manusia yang
tergolong anaerob fakultatif, dan beberapa bakteri yang tergolong
anaerob yang sering menyebabkan kerusakan makanan kaleng.
Karena kebanyakan mikroba perusak
tergolong aerob maka dengan pengemasan pangan secara vakum, yaitu
pengemasan dengan menghilangkan udara dari dalam kemasan, sebagian besar
mikroba perusak tidak dapat tumbuh.
Kerusakan pada pangan yang dikemas secara
vakum terutama disebabkan oleh mikroba yang tergolong anaerob atau
anaerob fakultatif. Kebanyakan bakteri patogen yang dapat hidup dalam
saluran pencernaan bersifat anaerob fakultatif, misalnya Salmonella dan Shigella.
Oleh karena itu pengemasan vakum tidak menjamin pangan bebas dari
bakteri patogen. Selain itu salah satu bakteri patogen pembentuk racun
yang berbahaya, yaitu Clostridium botulinum, bersifat anaerob dan sering ditemukan tumbuh pada makanan yang dikemas secara vakum terutama makanan kaleng.
Kelembaban
Pangan yang disimpan di dalam ruangan yang lembab (RH tinggi) akan mudah menyerap air sehingga nilai aktivitas air (aw) meningkat. Kenaikan aw akan mengakibatkan mikroba mudah tumbuh dan menyebabkan kerusakan pangan.
Sebaliknya pangan yang disimpan di dalam ruangan yang mempunyai aw rendah akan kehilangan air sehingga menjadi kering pada permukaannya.
Oleh karena itu salah satu cara penyimpanan yang baik, terutama untuk produk-produk kering (aw rendah), adalah dengan menyimpan di dalam ruangan yang kering (RH rendah) atau membungkusnya di dalam kemasan yang kedap uap air.
Oleh karena itu salah satu cara penyimpanan yang baik, terutama untuk produk-produk kering (aw rendah), adalah dengan menyimpan di dalam ruangan yang kering (RH rendah) atau membungkusnya di dalam kemasan yang kedap uap air.
Tanda-Tanda Kerusakan Mikrobiologi Pada Pangan
Kerusakan mikrobiologi pada pangan dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu:
1. Tingkat pencemaran mikroba pada pangan, yaitu semakin tinggi tingkat pencemaran mikroba maka pangan akan semakin mudah rusak.
2. Kecepatan pertumbuhan mikroba yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang telah dijelaskan di atas, yaitu aw, pH, kandungan gizi, senyawa antimikroba, suhu, oksigen, dan kelembaban.
3. Proses pengolahan yang telah
diterapkan pada pangan, misalnya pencucian, pemanasan, pendinginan,
pengeringan, dan lain-lain.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut di
atas, maka pangan secara umum dapat dibedakan atas tiga kelompok
berdasarkan mudah tidaknya mengalami kerusakan, yaitu:
1. Pangan yang mudah rusak, terutama pangan yang berasal dari hewan seperti daging sapi, daging ayam, ikan, susu, dan telur.
2. Pangan yang agak mudah rusak seperti sayuran dan buah-buahan, roti, dan kue-kue.
3. Pangan yang awet, terutama pangan yang telah dikeringkan seperti biji-bijian dan kacang-kacangan kering, gula, dan lain-lain.
Pangan yang mengalami kerusakan akan
mengalami perubahan-perubahan seperti perubahan warna, bau, rasa,
tekstur, kekentalan, dan lain-lain. Perubahan-perubahan tersebut mungkin
disebabkan oleh benturan fisik, reaksi kimia, atau aktivitas organisme
seperti tikus, parasit, serangga, mikroba, dan lain-lain. Berikut ini
dijelaskan tanda-tanda kerusakan, terutama kerusakan mikrobiologi, yang
sering terjadi pada pangan.
Sayuran, Buah-Buahan dan Produknya
Kerusakan sayuran dan buah-buahan sering
terjadi akibat benturan fisik, kehilangan air sehingga layu, serangan
serangga, dan serangan mikroba. Sayur-sayuran yang mudah rusak misalnya
adalah kubis, tomat, wortel, dan lain-lain.
Tanda-tanda kerusakan mikrobiologi pada sayuran dan buah-buahan antara lain adalah:
- Busuk air pada sayuran yang disebabkan oleh pertumbuhan beberapa bakteri, ditandai dengan tekstur yang lunak (berair).
- Perubahan warna yang disebabkan oleh pertumbuhan kapang yang membentuk spora berwarna hitam, hijau, abu-abu, biru, ¬hijau, merah jambu, dan lain-lain.
- Bau alkohol, rasa asam, disebabkan oleh pertumbuhan kamir atau bakteri asam laktat, misalnya pada sari buah.
Daging dan Produk Daging
Daging mudah sekali mengalami kerusakan
mikrobiologi karena kandungan gizi dan kadar airnya yang tinggi, serta
banyak mengandung vitamin dan mineral. Kerusakan pada daging ditandai
dengan perubahan bau dan timbulnya lendir. Biasanya kerusakan ini.
terjadi jika jumlah mikroba menjadi jutaan atau ratusan juta (106 – 108) sel atau lebih per 1 cm2 luas permukaan daging.
Kerusakan mikrobiologi pada daging terutama disebabkan oleh pertumbuhan bakteri pembusuk dengan tanda-tanda sebagai berikut:
- Pembentukan lendir
- Perubahan warna
- Perubahan bau menjadi busuk karena pemecahan protein dan terbentuknya senyawa-senyawa berbau busuk seperti amonia, H2S, dan senyawa lain-lain.
- Perubahan rasa menjadi asam karena pertumbuhan bakteri pembentuk asam.
- Ketengikan yang disebabkan pemecahan atau oksidasi lemak daging.
Pada daging yang telah dikeringkan sehingga nilai aw-nya
rendah, misalnya daging asap atau dendeng, kerusakan terutama
disebabkan oleh pertumbuhan kapang pada permukaan. Pada daging yang
dikalengkan, kerusakan dapat di.sebabkan oleh bakteri pembentuk spora
yang kadang-kadang membentuk gas sehingga kaleng menjadi kembung.
Ikan dan Produk Ikan
Kerusakan pada ikan dan produk-produk
ikan terutama disebabkan oleh pertumbuhan bakteri pembusuk. Tanda-tanda
kerusakan yang disebabkan oleh pertumbuhan bakteri pada ikan yang belum
diolah adalah:
- Pembentukan lendir pada permukaan ikan.
- Bau busuk karena terbentuknya amonia, H2S dan senyawa-senyawa berbau busuk lainnya. Perubahan bau busuk (anyir) ini lebih cepat terjadi pada ikan laut dibandingkan dengan ikan air tawar.
- Perubahan warna, yaitu warna kulit dan daging ikan menjadi kusam atau pucat.
- Peruhahan tekstur, yaitu daging ikan akan berkurang kekenyalannya.
- Ketengikan karena terjadi pemecahan dan oksidasi lemak ikan.
Pada ikan asin yang telah diolah dengan pengeringan dan penggaraman sehingga aw
ikan menjadi rendah, kerusakan disebabkan oleh pertumbuhan kapang. Pada
ikan asin dan ikan peda yang mengandung garam sangat tinggi (sekitar
20%), kerusakan dapat disebabkan atau bakteri yang tahan garam yang
disebut bakteri halofilik.
Susu dan Produk Susu
Susu merupakan salah bahan pangan yang sangat mudah rusak, karena merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri.
Tanda-tanda kerusakan mikrobiologi pada susu adalah sebagai berikut:
- Perubahan rasa menjadi asam, disebabkan oleh pertumbuhan bakteri pembentuk asam, terutama bakteri asam laktat dan bakteri koli.
- Penggumpalan susu, disebabkan oleh pemecahan protein susu oleh bakteri pemecah protein. Pemecahan protein mungkin disertai oleh terbentuknya asam atau tanpa asam.
- Pembentukan lendir, disebabkan oleh pertumbuhan bakteri pembentuk lendir.
- Pembentukan gas, disebabkan oleh pertumbuhan dua kelompok mikroba, yaitu bakteri yang membentuk gas H2 (Hidrogen) dan CO2 (karbon dioksida) seperti bakteri koli dan bakteri pembentuk spora, dan bakteri yang hanya membentuk CO2 seperti bakteri asam laktat tertentu dan kamir.
- Ketcngikan, disebabkan pemecahan lemak oleh bakteri tertentu.
- Bau busuk, disebabkan oleh pertumbuhan bakteri pemecah protein menjadi senyawa-senyawa berbau busuk.
Telur dan Produk Telur
Telur meskipun masih utuh dapat mengalami
kerusakan, baik kerusakan fisik maupun kerusakan yang disebabkan oleh
pertumbuhan mikroba. Mikroba dari air, udara maupun kotoran ayam dapat
masuk ke dalam telur melalui pori-pori yang terdapat pada kulit telur.
Telur yang telah dipecah akan mengalami kontak langsung dengan
lingkungan, sehingga lebih mudah rusak dibandingkan dengan telur yang
masih utuh.
Tanda-tanda kerusakan yang sering terjadi pada telur adalah sebagai berikut:
- Perubahan fisik, yaitu penurunan berat, pembesaran kantung udara di dalam telur, pengenceran putih dan kuning telur.
- Timbulnya bau busuk karena pertumbuhan bakteri pembusuk.
- Timbulnya bintik-bintik berwarna karena pertumbuhan bakteri pembentuk wama, yaitu bintik-bintik hijau, hitam, dan merah.
- Bulukan, disebabkan oleh pertumbuhan kapang perusak telur.
Pencucian telur dengan air tidak
menjamin telur menjadi lebih awet, karena jika air pencuci yang
digunakan tidak bersih dan tercemar oleh bakteri, maka akan mempercepat
terjadinya kebusukan pada telur. Oleh karena itu dianjurkan untuk
mencuci telur yang tercemar oleh kotoran ayam menggunakan air bersih
yang hangat.
Biji-Bijian dan Umbi-Umbian
Kandungan utama pada biji-bijian
(serealia dan kacang-kacangan) serta umbi-umbian adalah karbohidrat,
oleh karena itu kerusakan pada biji-bijian dan umbi-umbian sering
disebabkan oleh pertumbuhan kapang yaitu bulukan. Biji-bijian dan
umbi-umbian umumnya diawetkan dengan cara pengeringan, tetapi jika
proses pengeringannya kurang baik sehingga aw bahan kurang rendah, maka sering tumbuh berbagai kapang perusak pangan.
Makanan Kaleng
Kerusakan makanan kaleng dapat dibedakan
atas kerusakan fisik, kimia dan mikrobiologi. Kerusakan fisik pada
umumnya tidak membahayakan konsumen, misalnya terjadinya penyok-penyok
karena benturan yang keras. Kerusakan kimia dapat berupa kerusakan
zat-zat gizi, atau penggunaan jenis wadah kaleng yang tidak sesuai untuk
jenis makanan tertentu sehingga terjadi reaksi kimia antara kaleng
dengan makanan didalarnnya. Beberapa kerusakan kimia yang sering terjadi
pada makanan kaleng misalnya kaleng menjadi kembung karena terbentuknya
gas hidrogen, terbentuknya warna hitam, pemudaran warna, atau terjadi
pengaratan kaleng.
Kerusakan mikrobiologi makanan kaleng dapat dibedakan atas dua kelompok, yaitu:
1. Tidak terbentuk gas sehingga kaleng
tetap terlihat normal yaitu tidak kembung. Beberapa contoh kerusakan
semacam ini adalah:
- Busuk asam, yang disebabkan oleh pernbentukan asam oleh beberapa bakter-i pembentuk spora yang tergolong Bacillus.
- Busuk sulfida, yang disebabkan oleh pertumbuhan bakteri pembentuk spora yang memecah protein dan menghasilkan hidrogen sulfida (H2S) sehingga makanan kaleng menjadi busuk dan berwarna hitam karena reaksi antara sulfida dengan besi.
2. Pembentukan gas, terutama hidrogen (H2) dan karbon dioksida (CO2)
sehingga kaleng menjadi kembung, yaitu disebabkan oleh pertumbuhan
berbagai spesies bakteri pernbentuk spora yang bersifat anaerobik yang
tergolong Clostridium, termasuk C. botulinum yang memproduksi racun yang sangat mematikan.
Penampakan kaleng yang kembung dapat dibedakan atas beberapa jenis sebagai berikut:
- Flipper, yaitu kaleng terlihat nonnal, tetapi bila salah satu tutupnya ditekan dengan jari, tutup lainnya akan menggembung.
- Kembung sebelah atau springer, yaitu salah satu tutup kaleng terlihat normal, sedangkan tutup lainnya kembung. Tetapi jika bagian yang kembung ditekan akan masuk ke dalam, sedangkan tutup lainnya yang tadinya normal akan menjadi kembung.
- Kembung lunak, yaitu kedua tutup kaleng kembung tetapi tidak keras dan masih dapat ditekan dengan ibu jari.
- Kembung keras, yaitu kedua tutup kaleng kembung dan keras sehingga tidak dapat ditekan dengan ibu jari. Pada kerusakan yang sudah lanjut dimana gas yang terbentuk sudah sangat banyak, kaleng dapat meledak karena sambungan kaleng tidak dapat menahan tekanan gas dari dalam.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 2001. Materi Penyuluhan Bagi
Perusahaan Makanan Industri Rumah Tangga. Dinas Kesehatan Pemerintah
Kabupaten Sleman. Sleman.(sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar